Selasa, 17 April 2012

ARENA MENENTUKAN BAHAN PELAJARAN

BAB I
PENDAHULUAN

Pengatahuan manusia disusun oleh para ahli dalam sebuah katagori yang disebut disiplin ilmu. Penyusunan ini dilakukan secara rasional, logis, sistematis sehingga menjadi suatu sistem yang bulat. Tiap disiplin mempunyai bahan atau isi tertentu berupa fakta, data, konsep, dan prinsip, akan tetapi juga cara berpikir tertentu, yakni cara mengajukan pertanyaan dalam mengadakan penelitian untuk menghasilkan pengetahuan baru. Misalnya cara berpikir matematis berbeda dengan cara berpikir historis atau ekonomis
Yang dijadikan bahan kurikulum bukan yang isi disiplin ilmu berupa pengetahuan, melainkan juga prosesnya. Anak-anak harus dengan sengaja diajarkan proses berpikir kritis, proses penemuan, proses pemecahan masalah, dan sebagainya. Aspek proses ini masih kurang mendapat perhatian


BAB II
PEMBAHASAN
 ARENA MENENTUKAN BAHAN PELAJARAN

Pelajaran 
Menentukan scope, yakni apa yang harus diajarkan merupakan suatu masalah yang makin lama makin bertambah sulit. Sebabnya ialah:
(1)     Bahan pelajaran cepat bertambah luas karena eksplosi ilmu pengatahuan. Tak ada lagi manusia yang mungkin menguasai seluruh pengetahuan yang ada sekarang. Spesialisasi dalam pendidikan makn meluas dan tiap spesialisasi memerlukan bahan pelajaran tambahan. Di samping itu waktu belajar terbatas, demikian pula kemampuan anak untuk menguasai bahan pelajaran. Maka perlulah diadakan pilihan tentang apa yang perlu diajarkan.
(2)     Belum ada kreteria yang pasti tenyang bahan apa yang perlu di ajarkan. Juga belun ada cara tentang mengorganisasikan kurikulum yang dapat diterima oleh semua.
(3)     Mata pelajaran yang tradisional tidak lagi memadai. Timbul pula tujuan-tujuan yang baru seperti berfikir kritis dan kreatif, memahami lingkungan social, memahami dunia internasional dan sebagainya yang dianggap perlu dimasukkan dalam kurikulum. Sering mata pelajaran baru ditambahkan sedangkan mata pelajaran lama bercokol terus, sehingga beban belajar bagi anak bertambah berat. Menambah mata pelajaran dalam masa belajar yang sama sering berarti makin dangkalnya pengetahuan anak tentang aneka bidang. Matapelajaran yang sebenarnya telah using dipertahankan karena “vested interest” golongan-golongan tertentu. Demikian pula penambahan matapelajaran sering terjadui oleh tekanan golongan tertentu, bukan atas pertimbangan rasional yang obyektif.
A.    Bahan Pelajaran
Bahan pelajaran atau subject matter terdiri atas pengetahuan, nilai-nilai, dan ketermapilan. Sawah bukan bahan pelajaran akan tetapi yang menjadi bahan pelajaran ialah pengetahuan tentang sawah itu. Bahan pelajaran adalah sebahagian dari kebudayaan.
Pengatahuan manusia disusun oleh para ahli dalam sebuah katagori yang disebut disiplin ilmu. Penyusunan ini dilakukan secara rasional, logis, sistematis sehingga menjadi suatu sistem yang bulat. Tiap disiplin mempunyai bahan atau isi tertentu berupa fakta, data, konsep, dan prinsip, akan tetapi juga cara berpikir tertentu, yakni cara mengajukan pertanyaan dalam mengadakan penelitian untuk menghasilkan pengetahuan baru. Misalnya cara berpikir matematis berbeda dengan cara berpikir historis atau ekonomis.
Disiplin ilmu banyak digunakan sebagai dasar penyusunan kurikulum yang berbentuk matapelajaran seperti fisika, biologi, sejarah dan sebagainya. Kurikulum seperti ini dikatakan mempunyai organisasi yang logis. Bahan pelajaran disajikan dalam urutan yang logis, misalnya dalam biologi dimulai dengan binatang yang bersel satu, kemudian bersel banyak dan selanjutnya meningkat kepada binatang yang berangsur-angsur lebih kompleks strukturnya. Kurikulum yang logis ini sering tidak ada kaitannya dengan pengalaman anak dalam hidupnya, sehingga apa yang dipelajari anak sering hanya hafalan kata-kata tanpa makna dan karena itu tidak memperkaya pribadinya.
Kurikulaum yang dianggap lebih bermakna ialah bila bahan pelajaran dihubungkan atau didasarkan atas pengalan anak dalam kehidupanya sehari-hari, misalnya bila dibicarakan masalah yang nyata seperti soal kesehatan, kecelakaan lalu-lintas, dan sebagainya. Topik ini dapat diajarkan dengan menggunakan bahan dari berbagai disiplin ilmu seperti biologi, fisika, kimia, matematika, geografi, dan sebagainya. Dalam hal ini pengatahuan dari disiplin ilmu itu dipakai secara fungsional untuk memahami suatu masalah. Karena ilmu itu digunakan secara bermakna, lebih bnyak harapan bahan itu akan dipahami dan diingat. Setelah anak mencapai tingkat perkambangan tertentu, maka mereka dapat mempelajari disiplin ilmu itu sebagai mata pelajaran. Organisasi bahan serupa ini disebut pisikologis, karena memperhitungkan minat dan tingkat perkwmbangan jiwa anak. Perlu dikemukakan, bahwa organisasi yang psikologis tidak dengan sendirinya bersipat tak-logis.
Yang dijadikan bahan kurikulum bukan yang isi disiplin ilmu berupa pengetahuan, melainkan juga prosesnya. Anak-anak harus dengan sengaja diajarkan proses berpikir kritis, proses penemuan, proses pemecahan masalah, dan sebagainya. Aspek proses ini masih kurang mendapat perhatian.
Bahan pelajaran yang dituangkan dalam sejumlah basar mata pelajaran demikian bnayaknya sehingga tak mungkin seorang dapat mempelajari keseluruhannya selama hidupnya. Ada mata pelajaran yang dianggapa perlu dipelajari oleh semua warganaegara seperti mambaca, menulis dan berhitung, yang sudah dapat dilakukan pada tingkat SD. Selanjutnya masih ada mata pelajaran yang diwajibkan bagi semua siswa seperti bahasa nasional, pendidikan kewarganegaraan, sejarah nasional, dan lain-lain. Mata pelajaran ini termasuk mata pendidikan umum. Tujuanya ialah agar semua warga anegara mempunyai dasar pemikiran yang sama untuk menjamin keutuhan negara.
Pengetahuan umum juga diartikan sebagai pendidikan yang luas, yang memberitahukan pengetahuan yang banyak tentang segala macam hal, sehingga ia dapat berkomunikasi dengan manusia dimana saja di dunia, dapat bertukar pikiran. Menyusun kurikulum untuk pendidikan umum serupa ini jauh lebih sulit karena sukarnya mangadakan pilihan dari bahan yang terhingga banyaknya.
Selain pendidikan yang bersifat umum kurikulum juga menyediakan pelajaran yang membarikan pendidikan khusus yang tidak diharuskan semua pelajar akan tetapi hanya diikuti siswa yang memilihnya. Pendidikan khusus ini dapat misalnya mengenai pendidikan kejujuran atau vokasional, dapat pula memberikan pendalaman dalam bidang studi tertentu.
 Dalam menyusun kurikulum harus pula dipertimbnagkan soal luas dan kedalaman bahan mata pelajaran. Biasanya makin luas bahan pelajaran makin mendalam pengetahuan yang diperoleh dalam jangka waktu yang sama.
B.     Kritiria Menentukan Bahan Pelajaran
 Ada sejumlah kriteria yang digunakan untuk memilih bahan pelajaran. Kesulitannya ialah bahwa setiap kriterium mempunyai kelemannya. Kriteria itu ialah:
1.        Bahan pelajaran harus dipilih berdasarkan tujuan yang hendak dicapai. Setiap penyusunan kurikulum dimulai dengan merumuskan tujuan , yang umum sampai yang khusus.
2.        Bahan pelajaran dipilih karena dianggap berharga sebagai warisan generasi yang lampau. Salah satu fungsi pendidikan ialah menyampaikan kebudayaan bangsa bagi generasi muda. Banyak diantaranya yang sangat bernilai.
3.        Bahan pelajaran dipilih karena berguna untuk menguasai suatu disiplin. Penguasaan disiplin diperlukan sebagai prasyarat untuk melanjutkan pelajaran sampai perguruan tinggi.
4.        Bahan pelajaran dipilih karena dianggap berharga bagi manusia dalm hidupnya.
5.        Bahan pelajaran dipilih karena sesuai dengan kebutuhan dan minat anak.
Prosedur penentuan bahan pelajaran.
1.    Prosedur menerima otoritas para ahli.
Bahan pelajaran ditentukan bardasarkan pendapat seseorang atau kelompok , yang dianggap mempunyai otoritas kemampuan dan keahlian.
2.    Prosedur eksperimental.
Bahan pelajaran dapat ditentukan secara eksperimental dengan mengadakan penelitian hingga manakah bahan itu memang serasi untuk mencapai sasarannya.
3.    Prosedur ilmiah atau analisis.
Bahan pelajaran dapat ditentukan dengan menganalisis situasi dimana bahan pelajaran itu diperlukan.
4.    Prosedur konsensus.
Cara keempat ialah memperoleh konsensus dengan meminta pendapat orang-orang yang dianggap berwewenang, antara lain ahli-ahli dalam bidang studi tertentu, tokoh-tokoh masyarakat, perusahaan dan sebagainya.
5.    Prosedur-prosedur lainya.
Prosedur- prosedur lainya yakni:
a.         Social functions procedure
b.         Persistent life situasion procedure
c.         Adolescen  needs or problems procedure
(a)      Prosedur fungsi-fungsi sosial.
Seperi telah dibicarakan sebelumnya dengan " social functions” atau “ major areas of living”: dimaksud pusat-pusat kegiatan manusia dalam masyarakat. Dengan mempelajari pusat-pusat kegiatan manusia ini anak-anak diharapkan mengenal kehidupan dan masalah-masalah masyarakat dewasa ini. Fungsi-fungsi sosial itu seperti: perlindungan dan pengawetan hidup, milik, dan sumber alam, produksi, konsumsi, komonikasi dan transpor, dan sebagainaya adalah pokok-pokok sebagai pegangan untuk menentukan kegiatan belajar. Pokok-pokok ini sangat umum dan masih perlu diuraikan lebih lanjut oleh para pendidik secara lokal, agar pelajaran itu sesuai dengan keadaan setempat. Program ini fleksibel dan mungkin sekali mengalami perubahan dari tahun ke tahun apalagi karena dalam pelaksanaannya diadakan perencanaan bersama dengan murid seperti lazimnya dilakukan dalam pelajaran broad unit.
(b)     Prosedur “ pesisten lif situastion”.
Prosedur ini memperhatikan kebutuhan, masalah, dan minat anak dan pemuda menurut taraf perkembangan dalam dunia yang kompleks dan dinamis ini. Masalah-masalah pokok yang di hadapi itu “persisten” yakni senantiasa pada hakikatnya sama, dulu, sekarang maupun di masa mendatang di mana saja didunia ini, akan tetapi situasinya berbeda-beda dan berubah-ubah. Dengan mengikuti kurikulum ini murid-muris dipersiapkan untuk menghadapi masalah-masalah itu dalam hidupnya di masyarakat.
Stratemeyer cs menganalisis situasi-situasi sejauh munglin, namun para pendidik masih harus megadakan perencanaan yang lebih terperinci dan kongkrit untuk dilaksanakan dalam kelas. Tentu saja kurikulum serupa ini fleksibel dan bahan pelajaran harus disesuaikan dengan perubahan-perubahan yang terjadi di dunia maupun setempat. Jadi cara menentukan scope atau ruang lingkup pelajaran banyal persamaanya dengan prosedur fungsi-fungsi social. Seperti halnya dengan kurikulum fungsi-fungsi social kurikulum inipun dapat memanfaatkan bahan dari berbagai disiplin atau mata pelajaran, sejauh bahan itu diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Ada kemungkinan pengetahuan murid tentang berbagai subyek atau matapelajaran bahkan lebih luas lagi daripada yang diperoleh melalui kurikulum yang subyek centered hanya tidak dalam susunan logis sistematis yang lazim.  
(c)      Prosedur kebutuhan atau masalah pemuda
Prosedur ini bertitik tolak dari kebutuhan pemuda dan masalah-masalah yang mereka hadapi. Oleh sebab kebutuhan atau masalah itu selalu timbul dalam lingkungan masyarakat tempat mereka hidup maka dengan sendirinya msalah-masalah masyarakat juga mendapat perhatian.
Prosedur ini juga diterapkan dalan “the Eight Year Study” (1932-40) yang mengadakan percobaan dengan kurikulum ini di 30 sekolah menengah di Amerika Serikat. Waktu itu ide ini sangat progresif. Percobaan ini merupakan suatu sukses, akan tetapi karena pecahnaya perang dunia II hasilnya tudak mendapat sambutan selayaknya.
Untuk menentukan bahan pelajaran diselidiki buku-buku psikologi, diadakan questionnaires, cheklis, observasi dan sebagainya. Ross Money mengumpulkan 123 msalah pemuda yang di golongkannya dalam 11 bidang, yakni: (1) kesehatan dan perkembangan jasmani, (2) keuangan, kondisi hidup dan pekerjaan, (3) Kegiatan social dan rekreasi, (4) Berpacaran, seks dan perkawinan, (5) Hubungan social- peikologis (6) hubungan pribadi-psikologis, (7) Moral dan agama, (8) Rumah tangga dan keluarga, (9) Masa depan: pekerjaan dan pendidikan, (10) penyesuaian dengan pelajaran seolah, (11) kurikulum dan pengajaran.
Disamping klasifikasi Ross Mooney ini ada lagi cara penggolongan lain. Ini bergantung pada bahan yang diterima dari irang-orang yang diminta pendapatnya dan cara menggolongkannya.
Setiap bidang dapat lagi diuraikan lebih lanjut. Dan seperti halnya dengan prosedur fungsi-fungsi social dan “persistent life situation” guru-guru setempat harus lagi merencanakan bersama,   sering dengan murid, juga dengan oeang tua, untuk menyesuaikan kurikulum itu dengan kebutuhan dan msalaj pemuda di sekolah itu. Perubahan senantiasa ada dari tahun ketahun seperti halnya dengan kurikulum yang fleksibel laiannya yang berusaha menyesuaikannya dengan tuntutan murid dan mayarakat.
Untuk membantu guru-guru dalam perencanaan broad unit maka dapat disusun suatu, resource unit. Resource unit ini merupakan suatu sumber yang dapat membantu guru untuk merencanakan, mengembangkan, dan menilai suatu unit. Resource unit menguraikan secara keprehensif dan sistematif tujuan, ruang lingkup bahan pelajaran berupa konsep-konsep, pokok-pokok, masalah-masalah, dan sebagainya, berbagai-bagai saran tentang kegiatan-kegiatan mengajar-belajar, daftar buku, dan alat-alat pebgajaran serta cara-cara mengevaluasi unit itu.
C.     Ruang Lingkup Pembinaan Kurikulum
Ruang lingkup pembinaan kurikulum di lembaga pendidikan atau sekolah mencakup semua komponen kurikulum terutama yang mempengaruhi anak didik. Adanya peran dan posisi yang berbeda antara kepala sekolah dengan guru, maka ruang lingkup Pembinaan kurikulum dapat dibedakan menjadi dua katagori, yakni pembinaan oleh kepala sekolah dan pembinaan oleh guru.
Lingkup pembinaan oleh Kepala Sekolah
Kepala sekolah adalah penanggung jawab pelaksanaan kurikulum di sekolah yang di pimpinnya. Sehubungan dengan itu maka peranan kepala sekolah tidak hanya berperan sebagai Pembina kurikulum. Lingkup pembinaan yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah antara lain:
Tujuan lembaga pendidikan/sekolah. Arah pembinaan tujuan lembaga pendidikan telah ada dalam kurikulum (apa yang seharusnya dicapai).
Pertama, adalah efektivitas dan efesien proses belajar mengajar yang dilakukan guru.
Kedua, adalah efektivitas pelaksanaan bimbingan penyuluhan.
Ketiga, adalah pelaksanaan adminitrasi kelas oleh para guru.
Keempat, adalah pelaksanaan penilaian antara lain penyusunaan soal-soal, jadwal ulangan, hasil yang dicapai anak didik, remedial, pemeriksaan soal-soal ulangan, pengumuman hasil ulangan dan lain-lain.
Penggunaan sarana kurikuler. Sarana kurikuler mencakup ssarana fisik, sasrana pengajaran, sarana ketenagaan.
Keberhasilan pembinaan kurikulum. Pada akhirnya kepala sekolah sebagai Pembina dan koordiator Pembina kurikulum berkewajiban menilai keberhasilan penyusunan. Aspek pembinaan mencakup penyusunan satuan pelajaran, pengadaan bahan-bahan pengajaran. Setrategi belajar mengajar, penilain hasil belajar siswa, berdasarkan rambu-rambu yang ada dalam kurikulum potensial.
Adminitrasi guru. Disamping tugas pokoknya sebagai pengajar, guru berkewajiban melaksanakan tugs-tugas adminitrasi. Kegiatan adminitrasi guru terutama berkenaan dengan adminitrasi pengajaran dan penilaian, adminitrasi kesiswaan. Tugas ini dilakukan guru setiap hari ia mengajar.
Pembinaan diri. Pembinaan diri artinya upay-upaya yang dilakukan guru itu sendiri dalam rangka meningkatkan kualitas tugas profesinya.
Lingkup pembinaan yang di kemukakan diatas baik lingkup untuk kepala sekolah maupun untuk guru merupakan sebagian saja dari aspek pelaksanaan kurikulum di sekolah. Masih banyak aspek lain dari pelaksanaan kurikulum, namun yang paling langsung berpengaruh terhadap pribadi siswa dalam rangka penyampaian tujuan pendidikan adalah lingkup yang di kemukakan di atas. Hal ini disebabkan bahwa terjadinya kesenjangan antara kurikulum potensial ndengan kurikulum aktual ada pada setrategi pelaksanaan kurikulum itu sendiri. Sedangkan factor-faktor lainnya bersifat penunjang. Oleh sebab itu upaya pembinaan akan berkisar pada lingkup pembinaan tersebut.

BAB III
PENUTUP

Kesimpula
Menentukan scope, yakni apa yang harus diajarkan merupakan suatu masalah yang makin lama makin bertambah sulit. Sebabnya ialah:
  1. Bahan pelajaran cepat bertambah luas karena eksplosi ilmu pengatahuan.
  2. Belum ada kreteria yang pasti tenyang bahan apa yang perlu di ajarkan.
  3. Mata pelajaran yang tradisional tidak lagi memadai.
Kritiria Menentukan Bahan Pelajaran
  1. Bahan pelajaran harus dipilih berdasarkan tujuan yang hendak dicapai.
  2. Bahan pelajaran dipilih karena dianggap berharga sebagai warisan generasi yang lampau.
  3. Bahan pelajaran dipilih karena berguna untuk menguasai suatu disiplin.
  4. Bahan pelajaran dipilih karena dianggap berharga bagi manusia dalm hidupnya.
  5. Bahan pelajaran dipilih karena sesuai dengan kebutuhan dan minat anak.
Prosedur Penentuan Bahan Pelajaran
1)      Prosedur menerima otoritas para ahli.
2)      Prosedur eksperimental.
3)      Prosedur ilmiah atau analisis
4)      Prosedur konsensus.
5)      Prosedur-prosedur lainya.
DAFTAR PUSTAKA
Nasution, s. Asas-asas Kurikulum. Bumi aksara, Jakarta: 2008
Dakir, H. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. PT. Rineka Cipta, Jakarta: 2004
Sudjana, Nana. Pembinaan dan Pengembangan Kurikuluk disekolah. PT. Sinar Baru Algensindo, Bandung: 2002 

0 komentar:

Posting Komentar