Selasa, 17 April 2012

Pertumbuhan dan Perkembangan Anak


PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

Kehidupan seseorang ada 2 proses yang beroperasi secara kontinue yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Kedua proses ini berlangsung secara interdependensi atau saling bergantung satu sama lain. Pertumbuhan digunakan untuk menyatakan perubahan-perubahan kuantitatif mengenai fisik atau biologis, sedangkan perkembangan digunakan untuk perubahan-perubahan kualitatif mengenai aspek psikis / rohani dan aspek sosial. karena itu, manusia dipandang sebagai satu kebulatan yang berkembang dan tumbuh secara integralistik serentak dalam  fungsi rohaniah dan jasmaniah.
Perkembangan dalam diri individu memiliki berbagai macam faktor yang dapat mendukung dan dapat menghambat sehingga diperlukan adanya bantuan yang dapat memperlancar perubahan pada perkembangan diri individu. Selain itu pertumbuhan juga memerlukan berbagai faktor dimana faktor yang dapat membentuk mempercepat pertumbuhan pada diri individu. Pertumbuhan dan perkembangan sangat berperan penting dan berpengaruh terhadap diri individu tersebut.
Pertumbuhan dan perkembangan dalam anak meliputi sejak ia lahir, tahun pertama, kedua dan seterusnya yang mana dalam usia tersebut terjadi pertumbuhan maupun perkembangan. Sedangkan pertumbuhan dan perkembangan pada usia sekolah yaitu masa kanak-kanak yang terjadi lebih banyak mempengaruhi pada perubahan psikis karena pada fase tersebut anak lebih sensitif dalam hal apapun.
Ada fase-fase tertentu dalam setiap pertumbuhan dan perkembangan, dan semuanya mempunyai ciri khas. Bila dilihat dalam hubungannya dengan proses pendidikan, terdapat beberapa fase; masa usia prasekolah, fase usia sekolah dasar, sekolah menengah, sampai fase usia mahasiswa. Pada fase usia sekolah dasar, merupakan fase yang menarik. Disini anak mulai banyak belajar tentang pemahaman diri mereka. Mereka mulai banyak bertanya tentang segala sesuatu (sebab akibat) seperti, mengapa, dimana, kapan dan sebagainya. Ini dikarenakan tingkat berpikir merek yang semakin meningkat. Sehingga sebagai calon pendidik sekaligus orang tua, kita harus bisa menyikapi keingintahuan mereka secara benar dn bijaksana.

B.        Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang ada dalam pembahasan ini antara lain :
1.    Apa pengertian pertumbuhan dan perkembangan?
2.    Apa dan bagaimana aspek-aspek yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan ?
3.    Apa pendapat para ahli tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan ?
4.    Bagaimana Fase-fase perkembangan anak ?
5.    Bagaimana Hubungan perkembangan dengan belajar anak ?

C.        Tujuan Penulisan Makalah

Makalah ini ditulis dengan  tujuan untuk  :
1.    Memenuhi tugas berstruktur Psikologi anak
2.    Untuk memberikan pengertian kepada mahasiswa tentang pertumbuhan dan perkembangan.
3.    Untuk memberikan pengetahuan kepada mahasiswa tentang apa dan bagaimana aspek-aspek yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan.


BAB II

PEMBAHASAN

A.      PENGERTIAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK

1.    Pengertian Pertumbuhan
Pertumbuhan ialah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangung secara normal pada anak yang sehat dalam peredaran waktu tertentu.Pertumbuhan juga dapat diartikan sebagai proses transisi dari konstitusi fisik (keadaan jasmaniah) yang herediter dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan.Hasil pertumbuhan antara lain adalah perubahan-perubahan pada struktur jasmaniah dan dan perubahan-perubahan sistem persyarafan. Dengan demikian pertumbuhan dapat disebutkan pula sebagai proses perubahan dan pematangan fisik.[1]
Bisa dilihat dari penjelasan diatas bahwa pertumbuhan itu adalah matangnya fungsi-fungsi fisik seperti bertambah tingginya badan atau bertambah gemuknya badan juga membesarnya lingkaran anggota tubuh.
Pertumbuhan jasmaniah berakar pada organisme yang selalu berproses untuk menjadi (the process of coming into begin ). Lebih jelasnya, organisme merupakan sistem yang mekar secara kontinu, yang selalu beroperasi atau berfungsi juga bersifat dinamis dan tidak pernah statis secara komplit kecuali kalau sudah mati .  pertumbuhan jasmaniah dapat diteliti dengan mengukur 1)berat 2) panjang dan 3) ukuran lingkaran.[2]
Dalam pertumbuhannya, macam-macam bagian tubuh itu mempunyai perbedaan  tempo kecepatan. Contohnya : pertumbuhan alat-alat kelamin berlangsung paling lambat pada masa kanak-kanak, tapi mengalami percepatan pada masa puberitas. Sebaliknya, pertumbuhan susunan syaraf pusat berlangsung paling cepat pada masa kanak-kanak dan relatif berhenti pada masa puberitas.Perbedaan kecepatan tumbuh dari masing-masing bagian tubuh mengakibatkan adanya perbedaan pula dalam keseluruhan proporsi tubuh. Juga menimbulkan perbedaan dalam fungsinya. Misalnya kepala seorang bayi relatif lebih besar, sedangkan kaki dan tangannya relatif pendek. Jika dibandingkan dengan keadaan orang dewasa, pada orang dewasa perbandingan badan dan anggota badan hampir sama panjangnya.[3]
2.       Pengertian Perkembangan
Perkembangan adalah perubahan perubahan psiko-fisik sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi psikis dan fisik pada anak, ditunjang oleh faktor lingkungan dan proses belajar dalam waktu tertentu menuju kedewasaan.Perkembangan bisa juga diartikan sebagai proses transmisi dari konstitusi psiko-fisik yang herediter, dirangsang oleh faktor-faktor lingkungan yang menguntungkan dalam perwujudan proses aktif menjadi secara kontinu.[4]
Dapat difahami dari definisi perkembangan diatas bahwa perkembangan itu adalah proses pematangan baik jiwa atau jasmani (psiko-fisik)  karena hasil dari pematangan yang disebabkan, baik karena lingkungan atau karena belajar. Perkembangan itu bisa di rincikan  sebagai berikut :
a.       Seorang anak berkembang karena fungsi-fungsi fisik yang sudah matang
b.      Seorang anak  berkembang karena matangnya fungsi-fungsi psikisnya
c.       Anak belajar mencoba kemampuan jasmani dan rohaninya

B.      FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUBUHAN DAN PERKEMBAGAN ANAK

1.         Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan :
a.         Faktor-faktor sebelum lahir, contohnya : peristiwa kekurangan nitrisi pada ibu dan janin, janin terkena virus, keracunan sewaktu bayi ada dalam kandungan, terkena infeksi oleh bakteri syphilis, terkena penyakit bagang, TBC, Kholera, Typhus, gondok, sakit gula dan lain-lain.
b.        Faktor ketika lahir, contohnya : pendarahan pada bagian kepala bayi, disebabkan oleh tekanan dari dinding rahim ibu sewaktu ia dilahirkan. Dan oleh defak pada susunan syaraf pusat, karena kelahiran bayi dengan bantuan tang.
c.         Faktor sesudah lahir, contohnya pengalaman traumatik (luka-luka) pada kepala, kepala bagian dalam terluka karena bayi terjatuh, kepala terpukul atau mengalami serangan sinar matahari, infeksi pada otak atau selaput otak, misalnya oleh penyakit cerebral meningitis, gabag, malaria tropika, dyptheria, radang kuping bernanah, dan lain-lain. Kekurangan nutrisia atau zat makanan dan gizi.
d.        Faktor psiokologis, contohnya bayi ditinggalkan kedua orangtuanya, anak dititipkan dalam satu institusionalia (rumah sakit, rumah yatim piatu, yayasan perawatan bayi, dan lain lain). Sehingga mereka kurang sekali mendapatkan perawatan jasmaniah dan kasih sayang.[5]
2.    Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan adalah  :
a.       Faktor herediter (warisan sejak lahir/bawaan)
b.      Faktor lingkungan, menguntungkan atau tidak
c.       Kematangan, fungsi-fungsi organis dan fungsi-fungsi psikis
d.      Aktivitas anak sebagai subyek bebas yang berkemampuan, kemampuan seleksi, bisa menolak atau menyetujui, punya emosi, serta usaha membangun diri sendiri.[6]
Fungsi-fungsi keperibadian tidak hanya berhubungan dengan aspek jasmaniah, tetapi juga terkait dengan aspek kejiwaan. Fungsi-fungsi keperibadian bersifat jasmaniah, misalnya fungsi motorik pada bagian-bagian tubuh, fungsi sensoris pada alat-alat indera, fungsi motorik pada sistem syaraf dan lainnya.Sedangkan fungsi-fungsi keperibadian yang bersifat kejiwaan misalnya, fungsi perhatian, tanggapan, ingatan, fantasi, pikiran perasaan dan kemauan. Setiap fungsi yang disebutkan, baik jasmaniah maupun kejiwaan dapat mengalami perubahan.  Baik fungsi fungsi jasmaniah maupun kejiwaan, keduanya mempengaruhi sikap mental dan aktivitas belajar anak. Perubahan fungsi fisiologis (jasmaniah) seperti otak dan sistem syaraf menghasilkan pertumbuhan kapasitas intelektual atau kecakapan melakukan sesuatu.[7]

C.        PENDAPAT PARA AHLI TENTANG FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN

1.       Nativisme
Para ahli yang mengikuti aliran nativisme berpendapat bahwa, perkembangan individu itu semata-mata ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir, jadi perkembangan individu itu semata-mata tergantung kepada dasar. Tokoh utama aliran ini adalah Schopenhauer. Para ahli yang mengikuti pendirian ini biasanya mempertahankan kebenaran konsepsi ini dengan menunjukkan berbagai kesamaan atau kemiripan antara orang tua dengan anaknya. Misalnya kalau ayahnya ahli musik, maka kemungkinan besar, anaknya juga akan menjadi ahli musik, atau ayahnya seorang pelukis, kemungkinan besar anaknya juga akan menjadi pelukis, dan lainya. Pokoknya keistimewaan-keistimewaan yang dimiliki orangtua juga dimiliki anaknya.
2.       Empirisme
Para ahli yang mengikuti pendirian emperisme mempunyai pendapat yang langsung bertentangan dengan pendapat aliran nativisme. Kalau pengikut pengikut aliran nativisme berpendapat bahwa perkembangan itu semata-mata tergantung pada faktor dasar, maka pengikut aliran emperisme berpendapat bahwa perkembangan itu semata-mata tergantung kepada faktor lingkungan, sedangkan dasar tidak memainkan peranan sama sekali. Tokoh utama aliran ini adalah John Locke.

3.       Konvergensi
Pendapat yang telah terdahulu, yang sudah dikemukakan diatas tidak dapat dipertahankan keterangannya karena kebanyakan tidak sesuai dengan kenyataan. Jadi untuk mengatasi keberatsebelahan itu ada faham konvergensi yang dirumuskan pertama kalinya oleh W.Stern. Faham konvergensi ini berpendapat bahwa didalam perkembangan individu itu baik dasar atau pembawaan maupun lingkungan, memainkan peran penting. Bakat sebagai kemungkinan telah ada pada masing-masing individu, akan tetapi bakat yang sudah  tersedia itu perlu menemukan lingkungan yang sesuai supaya dapat berkembang. Misalnya tiap anak manusia yang normal mempunyai bakat untuk berdiri tegak  di atas kedua kaki, akan tetapi bakat ini tidak akan menjadi aktual (kenyataan) jika sekiranya anak manusia itu  tidak hidup dalam lingkungan masyarakat manusia. Anak yang semenjak kecilnya diasuh serigala tak akan berdiri tegak diatas kedua kakinya, mungkin dia akan berjalan diatas tangan dan kakinya (jadi seperti serigala). Di samping bakat sebagai kemungkinan yang harus dijawab dengan lingkugan yang sesuai, perlu pula dipertimbangkan soal kematangan (readiness). Bakat yang sudah ada sebagai kemungkinan kalau mendapat pengaruh lingkungan yang serasi, belum tentu kalau dapat berkembang, terkecuali kalau bakat itu sudah matang. Misalanya saja anak normal umur enam bulan, walaupun hidup ditengah tengah manusia-manusia lain, tak akan dapat berjalan karena belum matang.[8]

D.      FASE-FASE PERKEMBANGAN ANAK

Dalam fase-fase perkembangan ini, banyak pendapat para ahli yang mengemukakan   pendapatnya, diantaranya :
1.       J.BYL. mengetengahnkan pendapatnya sebagai berikut :
a.    Fase orok
b.    Fase netek                                                           (0,0-0,2)
c.     Fase pencoba                                                      (1,0-4,0)
d.    Fase penentang 1                                              (3,0-4,0)
e.    Fase berain                                                          (4,0-7,0)
f.     Fase anak sekolah                                             (7,0-12,0)
g.    Fase pueral (11,0-14,0) untuk anak putri dan (11,0-15,0) untuk anak putera
h.    Fase puberitas (+15,0-18,0) untuk anak putri dan (18,0-24,0) untuk anak putra (masa penentang 2).
2.       Pendapat Aristoteles :
Ia menggambarkan perkembangan anak lahir sampai dewasa dalam 3 priode :
0,0 – 7,0      masa anak kecil – masa bermain
7,0 – 14,0    masa anak, masa belajar
14,0 – 21,0  masa puberitas- masa menuju dewasa
3.       Pendapat Kretsher :
Ia membagi perkembangan anak sejak lahir sampai dewasa dalam empat priode :
0,0 – 3,0 disebut fullungs I, dalam priode ini badan anak akan menggemuk
3,0 – 7,0 disebut strockings priode 1, dalam priode ini badan anak melangsing
7,0 – 13,0 disebut fullugs priode 2, dalam priode ini anak tampak gemuk tapi memendek
13,0 – 20,0 disebut strockings priode 2, dalam priode ini badan anak melangsing lagi
4.       Pendapat M.Momtessori
Ia membagi perkembangan anak sejak lahir sampai meninggal atas 4 priode :
0.0 – 7,0   disebut priode penerimaan dan pengaturan luar dengan alat indera
7,0 – 12,0  disebut priode rencana abstrak. Pada masa ini anak mulai mengenal kesusilaan.
12,0 – 18,0  disebut priode penemuan diri dan kepekaan masa sosial
18,0 - ....... disebut priode mempertahankan diri terhadap perbuatan-perbuatan negatif.
5.       Menurut Sis Heyster
Didalam bukunya yang berjudul ilmu jiwa anak dan masa muda Sis Heyster, membagi masa 9 tahun ini menjadi stadiu sebagai berikut :
a.         StadiumI  : 4 – 8 tahun
b.        Stadium II :      8 – 10 tahun
c.         Stadium III :    10 – 12 tahun
Stadium pertama disebut realisme fantastic.
Setelah anak selesai dengan sifat serba menentang yang 1. Ia mulai melepaskan diri dari lingkungan keluarga. Ia mulai megenal perbedaan dirinya dengan benda-benda disekitarnya, ia tidak lagi bersifat antropoformis. Ia mulia berani mengahadapi realita. Sifat egocentrisnya berangsur-angsur berkurang.
Stadium kedua disebut Realisme Naif
Peralihan stadium pertama ke setadium kedua, dipercepat dengan adanya kesadaran bekerja, oleh karena titik berat berpindah dari fantasi ke realisme. Karena itu stadium kedua ini disebut stadium Realisme Naif.Ciri stadium ini adalah keserasian bersekolah yang lebih besar seperti tampak pada murid kelas dua. Ia lebih mudah dan lebih giat mengikuti pelajaran. Dengan sendirinya ia mencurahkan perhatiannya kepada hal-hal yang membutuhkan akalnya.Jika dulu anak dikuasai oleh khayalan-khayalan absraknya, sekarang anak itu mulai berfikir dengan sesuatu sesuai logika atau kenyataan.
Stadium ketiga disebut Realisme Refleksif
Sikap anak terhadap dunia kenyataan bertembah intelektualitas artinya ia mulai berfikir terhadap realita. Ia mulai mereaksi sesara kritis terhadap realita. Keterangan-keterangan guru dan orang tua tidak hanya diterima mentah-mentah tapi mulai dipertimmbangkan.[9]
Para ahli ilmu jiwa dalam mengamati perkembangan anak, melihat seakan-akan ada aturan tertentu sehingga cenderung mengataakan aturan-aturan itu sebagai hukum. Hukum-hukum itu antara lain :
1.       Hukum tempo perkembangan ; artinya, tiap anak mempunyai tempo, waktu atau saat yang berlainan pada fase yang satu dengan yang lainnya.
2.       Hukum irama ; artinnya, anak yang sedang berkembang itu memiliki iramanya sendiri-sendiri. Anak yang satu menjalankan fase perkembangan dengan lambat, dengan cepat ataupun kadang-kadang. Dan ini berlainan antara yang satu dengan yang lain.
3.       Hukum konvergensi ; artinya, dalam perkembangannya selalu terjadi dari faktor ajar dan dasar, faktor indogen dan eksogen, faktor interenal dan eksternal, faktor lingkugan dan pembawaan.
4.       Hukum masa peka ; artinya, dalam mengalami perkembangan tentang sesuatu, selalu sama puncaknya pada  masa peka. Yaitu suatu masa yang menunjukkan adanya keistimewaan dibandingkan dengan masa-masa yang lain.
5.       Hukum kesatuan organis ; artinya, dalam mengalami perkembangan itu, yang berkembang adalah seluruh pribadi anak secara psikologifisis dan sosioindividuil.
6.       Hukum predistinasi ; artinya, dalam mengalami perkembangan itu adalah karena kehenndak kodrat, karena kehendak Tuhan Yang Maha Esa. Perkembangan itu tidak dapat dipercepat, diperlambat, atau dihentikan.[10]     

E.       HUBUNGAN PERKEMBANGAN DENGAN BELAJAR ANAK

                Dalam belajar yang terlihat bukan hanya kegiatan fisik, teteapi diikuti oleh proses mental. Kegiatan fisik mempunyai arti penting dalam kegiatan belajar. Sisi ini tidak hanya sebagai penopang kegiatan belajar tapi juga berperan untuk mendapatkan keterampilan keterampilan tertentu. Keberhasilan anak melewati fase pertumbuhan fisik membuat anak menjadi orang yang siap secara fisik. Kegiatan fisik dalam perkembangan berhubungan dengan istilah “motor” yang menurut Muhibbin Syah diartiakan sebagai istilah yang menunjukkan pada hal keadaan, dan kegiatan yang melibatkan otot-otot dan gerakannya, juga kelenjar-kelenjar dan sekresinya (pengeluaran cairan/getah). Secara singkat motor dapat pula difahami sebagai segala keadaan yang meningkatkan atau menghasilkan stimulasi / rangsagan terhadap kegitan-kegiatan organ fisik.
Proses perkembangan fisik anak berlangsung kurang lebih selama dua dekade sejak ia lahir. Lonjakan perkembangan terjadi pada masa anak menginjak usisa remaja antara 12/13 tahun hingga 21/22 tahun. [11]
Seiring meningkatnya usia anak, gerakan anak pun menjadi semakin lincah. Anak dapat duduk, berjalan, berdiri, berjongkok, dan gerakan-gerakan fisik lainnya. Ringkasnya gerakan fisik anak beraneka ragam dan dengan kekuatan dan daya tahan yang berlainan.Ditubuh anak seperti tangan, kaki, kepala dan jari tangan, pinggang dan lain sebagainya mempunyai fungsi masing-masing. Anak dapat mempelajari keterampilan-keterampilan tertentu, misalnya tangan dan jari-jarinnya yang berjumlah sepuluh dapat digunakan untuk mengetik sepuluh jari dan lain sebagainya.Selain perkembangan fisik, yang mempengarui belajar anak, yangt tidak kalah sama pentingnya mempengaruhi belajar anak adalah perkembangan kognitif. Istilah kognitif berasal dari kata cognition  yang padanannya knowing berarti mengetahui. Dalam arti luas, kognitif (kognisi) adalah perolehan, penataan, penggunaan pengetahun.[12]
Sebagian besar ahli psikolog, terutama ahli psikologi kognnitif berkeyakinan bahwa prooses perkembangan kognnitif manusia mulai berlangsung sejak ia baru lahir. Bekal dan modal dasar perkembangan manusia, yaitu kapasitas motor dan kapasitas sensori sampai batas tertentu dipengaruhi aktifitas kognitif. Dalam belajar, semakin baik struktur kognitif yang dilakukan oleh anak, maka semakin mapanlah penguasaan anak atas bahan pelajaran yang telah dikuasai.[13]
Kemampuan berfikir anak dipengaruhi kapasitas intelegensi sebagai potensi yang bersifat bawaan. Kualitas intelegensi anak mempengaruhi kemampuan anak untuk membentuk struktur kognitif. Intelegensi itu sendiri dipengaruhi faktor-faktor lain dalam perkembangannya. Misalnya ; bertambahnya informasi yang disimpan dalam memori seseorang sehingga ia mampu berfikir, banyaknya istilah istilah dan pengalaman memecahkan masalah sehingga seseorang dapat berfikir proporsional dan adanya kebebasan berfikir sehingga menimbulkan keberanian anak memecahkan masalah dan menarik kesimpulan yang baru dan benar.[14]


BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN


1.       Pertumbuhan ialah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangung secara normal pada anak yang sehat dalam peredaran waktu tertentu.
Perkembangan adalah perubahan perubahan psiko-fisik sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi psikis dan fisik pada anak, ditunjang oleh faktor lingkungan dan proses belajar dalam waktu tertentu menuju kedewasaan.
2.       Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan hampir sama saja diambil secara umum, faktor-fakor yang mempengaruhi keduanya adalah faktor internal dan faktro eksternal.
3.       Pendapat para ahli tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pekembangan ada 3 :
a.       Nativisme
b.      Emperisme
c.       Konvergensi
4.       Banyak pendapat para ahli tentang fase perkembangan anak, namun untuk memudahkan, fase perkembangan dibagi terhadap 3 fase, seperti perkataan Aristoteles :
a.       Masa anak kecil – masa bermain dari umur  0 – 7 tahun
b.      Masa anak – masa belajar dari umur 7 – 14 tahun
c.       Masa puberitas – masa menuju dewasa yakni dari umur 12 – 21 tahun
5.       Hubungan perkembangan dengan belajar anak sangat erat kaitannya karena dengan berkembangnya fisik dan kognitif akan memudahkan anak dalam belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Sujatno.1996.Psikologi perkembangan.edisi revisi.(Jakarta:PT Rineka Cipta)
Kartini Kartono.2007.Psikologi Anak.cetakan Keenam.(Bandung:CV.Mandar Maju)
Sumadi Suryabrata.2006.Psikologi Pendidikan. Edisi Enam.(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada).
Syaiful Bahri Djamarah.2008.Psikologi Belajar. Edisi 2.(jakarta:Rineka Cipta).



[1]Kartini Kartono.Psikologi Anak.2007 H.18
[2]Kartini Kartono.Psikologi Anak.2007 H.18
[3]Kartini Kartono.Psikologi Anak.2007 H.19
[4]Kartini Kartono.Psikologi Anak.2007 H.20
[5]Kartini Kartono.Psikologi Anak.2007 H.19-20
[6]Kartini Kartono.Psikologi Anak.2007 H.21
[7]Syaiful Bahhri Djamarah.Psikologi Belajar.2008.  H 121-122
[8] Sumadi Suryabrata. Psokologi Pendidikan. 2006. H 176-179
[9]Agus Sujanto.Psikologi Perkembangan.1996. H 53-59
[10]Agus Sujanto.Psikologi Perkembangan.1996. H 53-59
[11]Muhibbin Syah. 1999. H 13
[12]Syaiful Bahri DjamarahPsikologi belajar. 2008. H 130-131
[13]Syaiful Bahri DjamarahPsikologi belajar. 2008. H 131-132
[14]Syaiful Bahri DjamarahPsikologi belajar. 2008. H 133

0 komentar:

Posting Komentar